Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Syaithan Dalam Kehidupan Psikis Manusia



Kedekatan keterlibatan antara syaithan dan kehidupan psikis (yang berhubungan dengan unsur kejiwaan atau aspek batin) ummat manusia adalah perannya dalam membisikan kedurhakaan dalam dada manusia.

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ () الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ () مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ()

dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia. Pakar tafsir al-Zuhaili mengutip sahabat mulia Ibnu Abbas ra, 

الشيطان جاثم على قلب ابن آدم، فإذا سها وغفل وسوس، فإذا ذكر اللَّه خنس.(1)  

Setan bertengger di hati anak Adam. Jika ia lupa, setan akan memberinya rasa waswas, dan jika ia mengingat Allah, setan akan bersembunyi.

Keterlibatan syaithan di dalam batin manusia secara kongkrit dipersonifikasikan dalam kehidupan setiap Muslim. Keberadaannya yang bersifat menyebar dalam diri manusia tak dapat dijelaskan dengan mudah. Peran syaithan dalam hal ini, menjadi sebuah penjelasan yang rasional, terhadap tingkah laku manusia yang selalu berubah. Sebagai contoh adalah kemarahan yang tidak terkontrol, merupakan bukti langsung intervensi syaithan, sehingga untuk meredakannya dapat dicapai dengan meminta perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk, merubah posisi tubuh, hingga berwudhu untuk mensucikan fisik dan psikis.

Ahmad meriwayatkan dari Abi Tamimah yang menyampaikan dari orang yang berjalan di belakang Rasulullah saw.

عَثَرَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِمَارُهُ، فَقُلْتُ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَقُلْ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ، فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ، تَعَاظَمَ، وَقَالَ: بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ، وَإِذَا قُلْتَ: بِسْمِ اللهِ، تَصَاغَرَ حَتَّى يَصِيرَ مِثْلَ الذُّبَابِ"(2) 

Unta Nabi saw tersungkur, lantas aku berkata, "Hancurlah setan." Lantas Nabi saw. bersabda, "Janganlah kamu berkata: hancurlah setan, karena jika kamu berkata demikian, maka setan akan semakin besar dan berkata, "Dengan kekuatanku maka aku akan melemparnyal' Dan jika kamu berkata, "Dengan menyebut nama Allah" maka setan akan mengecil hingga menjadi seperti lalat."

Hadits di atas menunjukkan bahwa ketika hati berdzikir (mengingat) kepada Allah, setan akan mengecil dan kalah. Akan tetapi jika hati tidak berdzikir kepada Allah, setan akan membesar dan mengalahkan. Menebarkan pikiran-pikiran buruk dan jahat di dalam hati. Disebutkan kata ash-Shudur (dada) karena dada adalah tempat hati. Pikiran-pikiran itu tempatnya di hati, sebagaimana dikenal dalam dialektika orang-orang Arab.

Konfrontasi syaithan dengan manusia tidak hanya dalam kehidupan sadar manusia sehari-hari, melainkan di dalam mimpi dan tidur. Oleh karenanya Nabi saw mengajarkan kepada ummatnya untuk membaca al-mu’awidzatain (surat al-falaq dan al-naas) sebelum tidur, meniup 3 kali kekiri ketika terbangun karena mengalami mimpi buruk.(3)  Termasuk bentuk perlindungan seorang Muslim terhadap syaithan adalah dengan membaca ayat kursi. Demikian pula ketika terbangun setiap Muslim hendaknya membaca do’a, mencuci tangannya, bersiwak, berwudhu dan segera mengerjakan shalat-shalat yang disunnahkan maupun shalat wajib.

Demikianlah mengamalkan sunnah-sunnah nabi baik berupa do’a-do’a, maupun perbuatan dan adab-adab merupakan bentuk pertahanan dan perlindungan setiap Muslim dari godaan syaithan, karena dengan hal itu jiwa setiap Muslim diharapkan senantiasa mengingat Allah ta’ala. (sigit suhandoyo)


Catatan Kaki

  1. Wahbah Musthafa al-Zuhaylī, al-Tafsir al-Munir, (Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, cet ke 2, 1418 H), Juz 30, hlm 481. 
  2. Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Muassasatu al-risalah, 2001), Jilid 34, hlm 199, hadits no 20.592.
  3. haditsnya adalah “الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنَ اللَّهِ، وَالحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَمَنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفِثْ عَنْ شِمَالِهِ ثَلاَثًا وَلْيَتَعَوَّذْ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَرَاءَى بِي” Mimpi baik itu dari Allah, sedang mimpi buruk dari syaithan. Jika seorang dari kalian bermimpi yang tidak ia sukai, hendaklah ia meniup kesebelah kiri 3 kali, dan membaca ta’awudz, dengan demikian tidak ada bahaya lagi. dan jangan ceritakan mimpi tersebut. al-Bukhari, op,cit, jilid 9, hlm 33, hadits no 6995.


Related Posts

Related Posts

Posting Komentar