Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Manfaat Mengetahui Sebab Turunnya Al-Qur'an


Sigit Suhandoyo. Mengetahui ilmu asbāb al-nuzūl merupakan hal yang penting  Sebab-sebab turunnya ayat adalah sejarah bagi ayat tersebut. Meskipun tidak semua ayat al-Qur’ān turun karena sebuah sebab,(1)  namun tak disangsikan bahwa penguasaan yang baik terhadap sebab-sebab turunnya ayat, adalah bekal yang memadai dalam upaya memahami al-Qur’ān. Menghindarkan diri dari kesalahan menafsirkan al-Qur’ān dan memperluas khasanah keilmuan. Jalaluddin Al-Suyuthī menuturkan, 

ومن فوائدة لمعرفة أسباب النزول الوقوف على المعنى أو إزالة الأشكال.(2) 

Diantara faidah mengetahui asbāb al-nuzūl adalah mengetahui makna yang sebenarnya dan menghilangkan kesulitan dalam memahami suatu ayat.

Al-Qur’ān diturunkan secara bertahap mengiringi perjalanan hidup Rasulullah saw. Selain memudahkan dalam hal membaca dan menghafal, serta memahami dan mengamalkan al-Qur’ān. Allah ta’ala berfirman dalam surat al-Isra ayat 106,

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

“Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”

Ibnu ‘Abbas ra, mengemukakan bahwa al-Qur’an turun ayat demi ayat, perkara demi perkara dan kisah-demi kisah,(3)  untuk memisahkan kebenaran atas kebathilan dan menguatkan keimanan. Ibnu ‘Asyūr (w. 1393 H) menuturkan bahwa al-Qur’ān diturunkan secara berangsur-angsur agar diketahui sebab-sebab dan kejadian-kejadian yang melatar belakangi ayat tersebut.(4) 

Menurut Sayyid Jibrīl, sebagian besar ulama mengemukakan bahwa yang dimaksud asbāb al-nuzūl adalah,

ما نزلت الأية أو الأيات في شأنه أيام وقوعه: بيان لحكمه إذا كان حادثة أو نحوها، أو جوابا عنه إذا كان سؤالا موجها إلى النبى صلى الله عليه و سلم.(5) 

Segala peristiwa yang melatar-belakangi diturunkannya satu atau beberapa ayat, menjelaskan hukum atas sebuah kejadian dan sejenisnya, atau jawaban terhadap persoalan yang dihadapkan kepada nabi saw.

Mengetahui Asbabun Nuzul, juga membantu untuk mengetahui hikmah dari turunnya suatu syari’at. Sebagai contoh dalam hal ini adalah firman Allah ta’ala dalam surat al-Māidah ayat 6,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Al-Suyuthī mengutip sebuah riwayat al-Bukhārī dari ‘Aisyah ra istri Nabi saw telah berkata: “ketika kami dalam perjalanan bersama Rasulullah saw menuju Madinah, kalungku terjatuh di gurun. Kemudian Rasulullah saw menghentikan untanya, lalu beliau turun. Setelah itu beliau merebahkan kepala beliau dipangkuanku hingga tertidur. Lalu Abu Bakar datang dan memukulku dengan keras dan berkata, ”gara-gara kalungmu orang-orang tidak bisa langsung pulang ke Madinah!” Kemudian Rasulullah saw bangun dan waktu pagipun tiba. Disaat beliau akan berwudhu beliau tidak mendapati air. Maka turunlah firman Allah, al maidah ayat 6 tersebut di atas. Kemudian Usaid bin Hudhair berkata, “karena kalianlah wahai keluarga Abu Bakar, Allah telah memberi berkah kepada orang-orang.”(6) 

Turunnya ayat ini menetapkan keringanan Allah atas ummat Islam tentang kebolehan tayamum untuk berbagai kewajiban yang mensyaratkan mensucikan diri dengan air, seperti wudhu untuk sholat, mandi karena junub, maupun mensucikan hadats besar. Meskipun kasus khususnya hanya untuk keperluan berwudhu untuk menunaikan sholat subuh. Sebagaimana yang dituliskan Ibnu ‘Asyūr terkait ayat ini bahwa Allah telah menyempurnakan karunia bagi agama Islam dengan merincikan berbagai hukum berkenaan dengan pensucian jiwa dan fisik dengan memberikan kemudahan dalam berbagai halnya.(7) Wallahu a'lam.

Catatan Kaki

  1. Menurut al Ja’barī al-Qur’an itu diturunkan dengan dua cara, turun tanpa sebab maupun dengan sebab seperti peristiwa maupun pertanyaan. Bahkah menurut Muhammad Bakr Isma’il ayat-ayat yang turun secara langsung atau tanpa sebab tertentu lebih banyak dari yang turun dengan sebab tertentu. Lihat, Abū ‘Abd al-Rahmān Abu Bakar Jalāl al-dīn al-Suyuthi, al-Itqān fi ‘Ulūm al-Qur’ān, (Cairo: al-Haiah al-Mishriyah al-‘āmmah lilkitab, 1394H), Jilid 1, hlm 107. Lihat Juga, Muḫammad Bakr Isma’il, Dirāsat Fī ‘Ulūm al-Qur’ān, (Cairo: Dār al-Manār, cet. kedua, 1999), hlm 151.
  2. Jalāl al-dīn al-Suyuthi, Lubāb al-Nuqūl Fī Asbāb al-Nuzūl, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth), hlm 3.
  3. Abū Ja’far al-Thabarī, Jāmi’ al-Bayān, (Beirut: Muasasatu al-Risālah, cet. Pertama, 2000), Jilid 17, hlm 573.
  4. Muḫammad Thāhir Ibnu ‘Āsyūr, al-Taḫrīr wa al-Tanwīr, (Tunisia: Dar al-Tunisiyah, 1984 H), Jilid 15, hlm 231.
  5. Muhammad al-Sayyid Jibrīl, al-Manhaj al-Qawīm Ila ‘Ulūm al-Qur’ān al-Karīm, (Cairo: Muassasatu al-Falāh, 2007), hlm 132 
  6. Jalāl al-dīn al-Suyūthī, Lubāb al-Nuqūl, op.cit, hlm 77.
  7. Muḫammad Thāhir Ibnu ‘Āsyūr, op.cit, Jilid 6, hlm 132.
  8. Abū Ja’far al-Thabarī, op.cit, Jilid 10, hlm 85.

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar