Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Iblis yang Sombong

 


Apersepsi untuk masuk kewilayah konfrontasi Iblis terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada Adam as, adalah fragmen dari kejadian penting teriakan iblis “ana khayrun minhu!”(1)  (aku lebih baik dari pada dia). Kalimat ini merupakan symbol klasik untuk suatu kesombongan dalam bentuknya yang paling ekstrim. Dosa kesombongan, sebagai suatu sejarah awal penyebutan Iblis merupakan penonjolan eksistensi dan harga diri yang bebas dari aturan Allah, tak terkendali. 

Mengutip dari pendapat syaikh Abdul Halim Mahmud, Shihab mengemukakan, Iblis dikecam dan dikutuk Allah bukan saja karena ia enggan sujud, tetapi karena ia enggan sujud pada saat diperintah.” ‘Apa yang menghalangimu bersujud pada saat engkau Ku-perintah” (QS 7: 12). Iblis “saat” diperintah itu tidak langsung menerima tetapi mempertimbangkan apakah perintah-Nya itu ia laksanakan atau tidak. Iblis mempertimbangkan apakah perintah itu sesuai dengan nalarnya atau tidak sesuai, apakah sejalan dengan keinginannya atau tidak. Padahal beragama adalah istislam (Penyerahan diri secara penuh kepada Allah). Agama atau perintah-perintah Allah tidak diturunkan atau ditetapkan-Nya untuk dipertimbangkan oleh manusia apakah dikerjakan dan diimani hanya yang sesuai dengan nalar, dan ditolak apa yang tidak sesuai. Tidak! Agama, perintah dan larangan-Nya ditetapkan untuk diimani dan dilaksanakan sebagaimana yang diperintahkan oleh-Nya, baik dipahami maupun tidak.(2)

Iblis menolak perintah sujud dengan menggunakan nalarnya untuk membangkang perintah Allah swt. Di sana ia menilai Allah keliru dengan perintah-Nya itu. Sesungguhnya iblis telah menempuh jalan yang sesat, karena nalar tidak dapat digunakan untuk mengubah atau membatalkan perintah Allah yang jelas dan terperinci. 

Keengganan Iblis untuk bersujud lahir dari keangkuhan yang menjadikan ia menduga bahwa ia lebih baik dari Adam. Menurut al-Zuhaili, Iblis merasa tidak mungkin mahluk yang mulia seperti dirinya untuk memuliakan mahluk lain yang ada dibawahnya, inilah analogi iblis yang batil.(3) Al-Qurthubi mengutip Ibnu Abbas ra, (إبليس أَوَّلُ مَنْ قَاسَ بِرَأْيِهِ)(4) iblis adalah mahluk pertama yang mengunggulkan pendapatnya atas perintah Rabbnya.

Lebih jauh lagi diantara pendapat para penafsir, adalah kenyataan bahwa kemungkinan pernyataan Iblis kepada Allah adalah suatu bentuk menuhankan diri sendiri. Kesombongan Iblis melalui pernyetaraannya akan ketuhanan, merasa benar dengan kecukupan kadar intelektualnya, serta kecintaannya yang berlebihan pada diri sendiri adalah perbuatan-perbuatan yang mengerikan dalam manifesto Iblis. 

Bagi setiap Muslim beribadah dalam arti yang luas harus disertai pertumbuhan spiritual, menumbuhkan kesucian jiwa melalui ketergantungan pada kemuliaan Allah. Lebih mulia mengakui bahwa nafsu kemanusiaan penuh dengan kelemahan, yang dengannya jiwa merendah memohon ampunan dan pertolongan Allah. Daripada menipu diri sendiri dengan fantasi ketuhanan, rasa paling benar dan menghinakan mahluk lain, seperti Iblis. (sigit suhandoyo)

Catatan Kaki

  1. Teks ayatnya adalah “قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ” Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (surat al-a’raf ayat 12)
  2. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Jilid 5, hlm 28-29.
  3. Wahbah Musthafa al-Zuhaylī, al-Tafsir al-Munir, (Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, cet ke 2, 1418 H), Juz 8, hlm 155.
  4. Syamsu al-dīn al-Quthubī, al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’an, (Cairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah, cet ke 2, 1964), Jilid 7, hlm 171.

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar