Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Olahraga dan Dakwah



Ibnu Adha El Malik. Siapa sih yang engga kenal Khabib Nurmagumedov atau Mohammad Salah, fans Liverpool pasti tahu. Dua bintang olahraga muslim ini berhasil “menaklukan dunia” dengan keahlian olahraganya. Mereka tidak hanya jago dalam olahraga, tapi juga berhasil menunjukan sikap sebagai seorang muslim yang baik. Tapi buat saya, yang mengagumkan adalah Khabib Nurmagumedov, berhasil membungkam Conor McGregor yang sombong karena merasa Juara dunia di kelasnya. Bahkan Ketika konferensi pers, berusaha melecehkan “keyakinan” Khabib Nurmagumedov dengan menawarkan minuman Keras. Khabib Nurmagumedov pun terlihat sangat sabar dalam konferensi pers tersebut, tapi emosinya di tumpahkan di OCTAGON (istilah ring pertandingan MMA). Khabib Nurmagumedov, mengalahkan Conor McGregor dengan choke (kuncian di leher).  

Olahraga, yang dulu hanya untuk menjaga Kesehatan, kini sudah menjadi profesi yang menjanjikan. Semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak variasi dari olahraga. Dari yang berdarah-darah hingga yang menggunakan sarana digital.


Kita flashback sedikit yuk…

Dalam sebuah pertemuan antara KH Ahmad Dahlan dengan para priyayi (Ngabehi) dan ambtenaar (pegawai negeri), seorang priyayi berkata kepadanya, “Djoget itu adalah sport jang akan membawa kesehatan dan kegiatan.” Yang dimaksud “joget” pada waktu itu adalah olahraga jogging yang merupakan tradisi baru dari bangsa Belanda. Biasanya, jogging dilakukan bersama-sama antara laki-laki dan perempuan, kadang dengan pakaian yang menurut ukuran masyarakat pada waktu itu dinilai kurang sopan. Setelah mendapat informasi bahwa joget bermanfaat untuk menyehatkan badan, maka K.H. Ahmad Dahlan menjawab, “Djika demikian, adakanlah di waktu pagi-pagi di kamar atau halaman dengan tidak usah menanti jang lain-lain.” Demikian seperti dikutip dari sumber Junus Salam dalam bukunya, Riwajat Hidup K.H.A. Dahlan: Amal dan Perdjoangannja (1968: 62).

Pada awal abad ke-20, budaya baru dalam bentuk permainan fisik dan berbagai jenis olahraga mulai dikenalkan kepada kaum bumiputra oleh bangsa Belanda. Permainan fisik dan berbagai kegiatan kreatif untuk anak-anak pertama kali dikenalkan di Surakarta lewat Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) pada tahun 1916. Sedangkan berbagai jenis olahraga mulai dari jogging, sepakbola, bulutangkis, dan lain-lain telah hadir di tanah Jawa. Proses penerimaan budaya baru tersebut sangat beragam. Bagi kalangan tradisionalis, budaya baru dianggap haram karena bagian dari budaya kafir. Namun bagi kalangan Muhammadiyah, budaya baru direspon secara bijak menggunakan proses rasionalisasi sehingga dapat menjadi instrument baru dalam gerakan dakwah Islamiyah.

Pada tahun 1918, KH Ahmad Dahlan aktif mengisi pengajian Sidik Amanah Tabligh Vatonah (SATV) tiap malam Ahad di rumah KH Muchtar Buchori di Solo (Djarnawi Hadikusuma, tt.: 82). Pada suatu hari, dalam perjalanan hendak pulang ke Yogyakarta, ia sempat menyaksikan pemandangan kegiatan para padvinders di Alun-alun Pura Mangkunegaran. Sesampai di Yogyakarta, KH Ahmad Dahlan berdiskusi dengan Somodirdjo (mantri guru Standaardschool Suronatan), Sjarbini (guru di sekolah Muhammadiyah Bausasran), dan seorang guru sekolah Muhammadiyah Kotegede. “Saja tadi pagi di Solo pulang dari Tabligh, sampai di muka Pura Mangkunegaran di alun-alun, melihat anak banjak berbaris setengahnja sedang bermain-main, semuanja berpakaian seragam. Baik sekali! Itu apa?” tanya Khatib Amin.

Setelah mendapat penjelasan singkat dari Soemodirdjo, KH Ahmad Dahlan menyatakan tertarik untuk membentuk Kepanduan di Muhammadiyah. “Alangkah baiknja kalau anak-anak keluarga Muhammadijah juga dididik semacam itu untuk melajani (Djawa leladi) menghamba kepada Allah,” tegas KH Ahmad Dahlan. Inilah detik-detik lahirnya gerakan kepanduan Muhammadiyah yang semula bernama Padvinder Muhammadiyah kemudian berganti nama menjadi gerakan kepanduan Hizbul Wathan atas usulan KRH Hadjid (H.M. Mawardi, 1961: 13). 

Dalam perkembangan berikutnya, gerakan Hizbul Wathan mampu menjadikan berbagai cabang olahraga sebagai instrument gerakan yang nyatanya digemari oleh kaum muda. Sejarah telah mencatat bahwa selain menyelenggarakan gerakan kepanduan, Hizbul Wathan juga berhasil membentuk klub sepakbola yang cukup popular pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia. (Majalah Suara Muhammadiyah edisi nomor 15 tahun 2018). Itu sedikit sejarah dari perkembangan olahraga yang ada di Indonesia.

Yang ini Kita flash back yang lebih jauh…


Olahraga di masa Nabi

Sebagai ajaran yang sempurna, Islam juga memberikan perhatian pada aspek fisik ini. Syeikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri dalam kitabnya Minhajul Muslim menerangkan bawa olahraga pada masa awal Islam dikenal dengan istilah furusiyah yang meliputi cabang kepandaian menunggang kuda sebagai skill untuk dapat memelihara hak, mempertahankan dan membela diri. Selain itu, furusiyah juga dimaksudkan untuk menguatkan tubuh dan meningkatkan kemampuan jihad di jalan Allah.

Karena mukmin yang kuat lebih Allah cintai dari yang lemah. Rasulullah bersabda, “Seorang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim).

وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٍ۬ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّڪُمۡ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمۡ لَا تَعۡلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعۡلَمُهُمۡ‌ۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَىۡءٍ۬ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ (٦٠)

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (QS. Al-Anfal [8]: 60).

Dengan kata lain, olahraga di zaman Nabi dimaksudkan tidak semata-mata sebagai kegemaran, tetapi persiapan diri untuk bisa terlibat dalam upaya membela agama-Nya. Dan, olahraga termasuk bagian dari perintah yang penting untuk diamalkan.

Rasulullah Sahalallahu ‘Alaihi Wassallam saja tetap berolahraga di tengah kesibukan luar biasa. Beliau pernah adu lari dengan Aisyah radhiyallahu anha. Rasul juga pernah menggelar adu ketangkasan berkuda dan menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penanggung jawab, sementara Suraqah bin Malik sebagai juri garis.

Bahkan, Imam Ghazali pernah berkata, “Setelah belajar, anak diberi izin untuk berolahraga agar tidak bosan. Melarang berolahraga dan memaksakan terus belajar hanya akan mematikan hati dan mengikis kecerdasan.”


Lantas bagaimana dengan olahraga kita?

Untuk se-ideal atau sama persis dengan masa Nabi jelas bukan perkara mudah, terlebih saat ini kuda tidak lagi menjadi sarana berkendara yang utama. Namun demikian, umat Islam baiknya terus berolahraga untuk menjaga kebugaran fisiknya.

Hanya saja, penting diperhatikan adalah sisi waktu, sehingga jangan sampai karena alasan olahraga, ibadah malah terabaikan. Jika hal tersebut sampai terjadi, apalah arti badan bugar kalau jiwa merana, karena setiapkali olahraga, ibadah yang utama hampir pasti diabaikan.

Oleh karena itu, perhatikanlah waktu terbaik untuk olahraga. Jika diri termasuk orang yang punya waktu untuk olahraga saat weekend, maka berolahraga di pagi atau sore hari sangat baik. Sebab kalau malam, bisa mengganggu ibadah qiyamul lail, shalat Tajahud  bahkan memperlambat sholat tepat waktu di Shubuh hari. Sebisa mungkin, hindari olahraga di malam hari. Sebab logikanya sederhana, malam Allah sediakan bagi manusia untuk istirahat. Kalaupun ingin begadang, silakan untuk qiyamul lail. Bahkan dalam dunia perang, kala matahari terbenam, perang diistirahatkan.

Ingat, tujuan utama olahraga adalah agar raga bugar, sehingga ibadah bisa lancar. Tidak merasa pegal-pegal jika imam baca surat Al-Baqoroh, Bisa duduk berlama-lama untuk tilawah sebanyak 3 juz perhari, tetap segar walaupun puasa Ramadhan sambil bawa Beras 25 Kg untuk bantuan korban bencana… hehehe..

Nah Syukur-syukur bisa ahli, sehingga kalau harus turun membela agama Allah, seperti menolong pengungsi dari bencana alam atau lainnya, diri kita termasuk yang bisa terlibat di dalamnya, memberikan manfaat dan pertolongan kepada sesama.

DAKWAH kepada Allah adalah ibadah menyeru kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar sekaligus menegakkan agama Allah di atas bumi.

Berdakwah di jalan Allah tidak berbeda dengan beriklan dan berpromosi dalam urusan duniawi. Orang yang mempunyai barang dagangan tentu akan berusaha maksimal menggunakan segala cara agar masyarakat menerima dan menyukai barang dagangan tersebut. Mereka akan menggunakan berbagai sarana promosi, baik lewat penawaran secara lisan, brosur, maupun hadiah. Dibutuhkan sarana pendukung yang dapat digunakan untuk membantu dakwah.

Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani mengatakan bahwa manusia dapat menerima kebaikan melalui jalan yang mereka senangi, yang akrab dengan mereka, dan dapat membangkitkan semangat, yakni dengan olahraga.

Olahraga menjadi salah satu kebutuhan manusia sekarang ini. Berolahraga juga merupakan aktivitas yang dapat dilakukan semua usia baik tua ataupun muda. Karena dengan berolahraga kita bisa menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh kita. Dengan begitu, kita juga turut menjaga apa yang Allah Subhanahu Wata’ala anugerahkan pada kita selama ini.

Seperti halnya ketika kita memiliki keseimbangan spiritual, fisik dan emosional (Taufiqurrohman, 3 Olahraga Utama Anjuran Nabi, Yogyakarta: Pusat Ilmu, 2015, h. 3). Sebagaimana olah pikir diperlukan untuk kesehatan jiwa, olahraga diperlukan untuk kesehatan tubuh.

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam pun memanfaatkan olahraga sebagai sarana pendidikan kemuliaan akhlak dan toleransi; cinta kasih, persaudaraan, dan kerjasama; berkompetisi dan berlomba yang bebas teratur, tanpa fanatisme dan intoleransi.

Oleh karena itu, olahraga merupakan salah satu cara sekaligus alat yang sangat strategis yang dapat kita gunakan dalam dakwah. Ini karena olahraga memiliki sifat yang menarik, menyenangkan, dan disukai oleh masyarakat. Selain itu, terdapat pahala bagi yang melakukannya. Olahraga dapat tergolong ibadah jika dimaksudkan untuk menguatkan badan agar mampu memikul beban dakwah dan jihad (Mustafa Masyhur). Ada pula olahraga yang di-sunnah-kan seperti lari, memanah, berkuda, berenang, gulat, dan sebagainya. Kesemua hal tersebut menambah nilai serta daya tariknya sebagai media dakwah.

Yuk kita olahraga…

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar