Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Hijrah Nabi dan Pembelajaran Alam



Ibnu Adha El-Malik. Setiap tanggal 1 Muharam umat Islam memperingati tahun baru. Penanggalannya didasarkan atas peristiwa Hijrah Nabi saw dari Mekah ke Madinah. Penanggalan hijriah sebagaimana kita ketahui, ditetapkan pada zaman Khafilah Umar ibn Khattab ra.

Sebagai sosok pribadi yang tak lekang oleh waktu, menurut saya Rosulullah saw adalah sumber pembelajaran yang takkan pernah habis. Termasuk pada proses hijrah, ada beberapa peristiwa yang bisa menjadi pembelajaran alam bagi kita.


1. Jejak

Mencari jejak adalah salah satu tehnik utama dalam mencari keberadaan mahluk hidup. Jejak itu tidak harus bekas injakan kaki, bisa bekas pegangan tangan, bulu yang rontok, bahkan kotoran yang di buang oleh mahluk hidup.

Kita tahu bahwa bangsa Arab adalah pencari jejak yang ulung. Sebagai contoh kepiawaian Khalid bin Walid yang mengetahui bahwa Kafilah dagang Mekah akan di hadang di Badar, hanya dari kotoran kuda yang ada disana. Khalid bisa tahu bahwa kotoran kuda itu berasal dari Madinah, berarti mata-mata Madinah ( Rasulullah ) sudah berada di situ.

Kembali kepada peristiwa hijrah. Sebagaimana kita ketahui, keberangkatan Rasulullah ke Madinah terjadi dalam keadaan rumahnya di kepung oleh sekelompok utusan yang ingin membunuhnya. Tentu mereka bisa melacak arah kepergian Nabi saw yang telah meninggalkan mereka dalam keadaan tertidur. Oleh sebab itulah, Rasulullah mengalihkan jejaknya dengan menempuh rute yang berlawanan arah dari jalur utama ke Madinah. Kemudian Beliau bersembunyi di Gua Tsur.

Tak sampai disitu, untuk menghilangkan jejaknya Abu Bakar meminta mantan budaknya Amir bin Fuhairah untuk menggembalakan kambingnya di sepanjang jalur kearah gua Tsur dan sekitarnya. Ini dilakukan untuk menghapus jejak guna menjamin keamanan Rasulullah ditempat persembunyiannya.

Dalam kegiatan di alam bebas, jejak hewan bisa menandakan bahwa itu adalah jalur dan wilayah kekuasaanya. Seperti jenis Harimau dan Macan Kumbang. Jadi saya sarankan jika anda ingin beristirahat atau mengambil jalur perjalanan, sebaiknya menghindari wilayah ini.


2. Memeriksa shelter (tempat istirahat sementara).

Sebelum memasuki gua Tsur, Abu Bakar segera memeriksa kondisi gua untuk memastikan bahwa gua aman untuk di jadikan shelter sementara. Di padang pasir, gua adalah salah satu tempat ternyaman untuk makhluk hidup bersembunyi dan berlindung dari teriknya panas gurun. Ternyata di dalam gua banyak lubang, di tutuplah masing-masing lubang karena di khawatirkan sebagai tempat tersembunyi ular berbisa. Di gurun, ular jenis Viper adalah salah satu spesies dominan.

Dan ternyata tidak semua lubang ular tertutup, walhasil terjadilah peristiwa Abu Bakar yang di gigit oleh ular. Dan Rasulullah, menyembuhkannya hanya dengan usapan dan ludahnya saja. Ingat, ini hanya Rasulullah saja yang bisa melakukanya. Seperti poligami, hanya Rasulullah yang boleh lebih dari empat. Kita, jangan pernah coba-coba, karena ending dari keduanya sama, yaitu Rumah Sakit… he he he


3. Laba-laba dan burung yang bersarang.

Salah satu ciri dari suatu tempat tidak ada orang, adalah adanya mahluk hidup lain. Karena salah satu insting utama hewan liar secara umum adalah menghindari manusia, kecuali di ganggu. Adanya sarang laba-laba yang menutupi gua Tsur dan adanya sarang burung, menurut orang kafir yang mengejar Rasulullah, menandakan bahwa di dalam gua itu tidak ada orang, karena jika ada, maka sarang laba-laba itu akan rusak.


4. Menunggu hingga situasi Kondusif.

Saat itu, Rasulullah yang di temani Abu Bakr, sedang dalam keadaan genting, karena sedang di buru oleh orang-orang Quraisy. Bahkan diadakan sayembara dan mendapatkan hadiah yang sangat besar jika berhasil menangkap Rasulullah. Menunggu selama 3 hari, didalam gua yang kecil adalah salah satu hal yang sangat berat. Tidak hanya persiapan perbekalan yang matang, mental juga harus kuat. Kejenuhan akan mudah melanda. Tapi saya rela kok, jika kita diminta  berdiam bersama Rasul di dalam Gua berhari-hari… he he he

Jika berkegiatan di alam bebas, terkadang kita hanya melatih fisik untuk bergerak, tapi tidak melatih mental untuk berdiam. Kondisi ini diperlukan, jika terjadi peristiwa alam yang tidak di inginkan, seperti badai atau longsor yang menutup jalan. Apalagi jika cuaca di ketinggian yang tidak menentu, justru di harapkan banyak bergerak untuk menjaga panas tubuh. Terlebih jika komunikasi terputus dan kesulitan meminta bantuan. Dalam keadaan tertentu menunggu hingga kondisi alam kondusif adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri. Persiapan mental dan tetap berfikir jernih untuk survive harus tetap di jaga, dalam rangka menyelamatkan diri.

Related Posts

Related Posts

1 komentar

  1. Belajar Alam dari Nabi Muhammad shallaallahu alaihi wasallam.

    Keren 😎

    BalasHapus