Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Belajar & Mengajarlah Atas Nama Rabbmu



Sigit Suhandoyo. Sejak turunnya wahyu pertama, agama Islam telah mendakwahkan pembebasan akal dari belenggu kejahiliyahan. Menyeru manusia untuk melakukan proses pendidikan (tarbiyyah).

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.

Kata (اقْرَأْ) iqra yang berasal dari kata (قَرَأ) qara'a, pada awalnya berarti (الجَمْعُ) yaitu menghimpun. Dalam perkembangannya kita temukan berbagai arti dari kata ini. Pakar filologi al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w 170 H) menuliskan ragam arti diantaranya, membaca, mempelajari, dan meneliti.(1) Adapun Pakar Susastra Andalusia, Ibnu Sidah (w 458 H) mengemukakan bahwa kata ini juga berarti mengajar dan menyampaikan.(2) 

Sementara itu, perintah (اقْرَأْ) atau membaca pada ayat ini, merupakan kata kerja yang membutuhkan objek, namun tak disebutkan objek yang harus dibaca. Jika mengikuti kaidah kebahasaan, apabila suatu kata kerja yang membutuhkan objek tetapi tidak disebutkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum, mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perintah untuk (اقْرَأْ) belajar dan mengajar mencakup semua objek yang dapat terjangkau untuk dipelajari dan diajarkan.

Keumuman objek kajian dalam perintah belajar dan mengajar, kemudian dikaitkan dengan Rabb. Artinya, objek kajian dalam proses belajar harus menjadikan Allah sebagai tujuan, harus menjadikan Islam sebagai ideologi pendidikan. 

Adapun kata Rabb menurut pakar tafsir hukum Syamsuddin al-Qurthubi seakar dengan kata at-tarbiyyah, yang berarti memperbaiki, mengurus, mengatur, memelihara dan mendidik.(3) Dengan demikian Allah adalah Rabb yang mentarbiyah makhluk-Nya, memperbaiki, mengurus, mengatur, memelihara dan mendidik manusia. 

Dalam kutipannya dari al-Wasithy, Sa’id Hawwa mengemukakan bahwa kata Rabb memiliki arti “هو الخالق ابتداءً و المربّي غذاءً و الغافر أنتهاءً” Pencipta pada mulanya, Pendidik setelah itu dan Pengampun pada akhirnya.(4) Mengaitkan perintah belajar dan mengajar dengan Allah (رب) yang dimaksudkan untuk mengikhlaskan diri, juga menjadi petunjuk bagi murabbi untuk “menciptakan” berbagai potensi kebaikan pada mutarabbi, mendidiknya agar potensi tersebut terpelihara, dan memaafkan serta mendo’akan kebaikan bagi mutarabbi.

Wahbah Zuhaili mengemukakan nilai pentingnya perintah tarbiyah dalam ayat ini,  karena menurutnya hal itu adalah sarana bagi penguasaan agama dan dunia, dasar bagi tegaknya ilmu pengetahuan dan moral estetika, serta terbinanya kebudayaan dan peradaban ummat Islam.(5)

Hingga Muhammad Abduh menuliskan, “و إن لم يسترشدوا بفاتحة هذا المكتاب المبين و لم يستضيئوا بهذا لبضياء الساطع فلا أرشدهم الله أبدا”. Seandainya ayat-ayat pembukaan wahyu ini tidak menggetarkan, tidak menggugah semangat ummat Islam, niscaya tidaklah mereka akan bangkit lagi (mencapai kejayaan) selama-lamanya.(6) 

Perintah (اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ) dalam ayat ini menunjukkan arti penting perintah membaca, sebagai perintah yang sejak awal sudah dicanangkan. Kata iqra dapat pula diartikan dengan mengajar. Mengaitkan Allah sebagai tujuan setiap perbuatan, harus difahami pula sebagai perintah untuk menjadikan agama sebagai aturan dan tata nilai. Dengan demikian melalui proses membaca dan mengajar (tarbiyah Islamiyyah) diharapkan menghasilkan peserta didik yang menunjukkan karakter ikhlas dan mengikuti syari’at Allah. Wallahu a’lam bisshowab. 


Catatan

  1. al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi, Kitab al-‘Ayn, (Beirut: Dar wa Maktabah al-Hilal, tth), Juz 5, hlm 205.
  2. Abu al-Hasan Ali bin Sidah, al-Muhkam wal Muhith al-A’dzham, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2000), Juz 6, hlm 470.
  3. Syamsuddin al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, (Cairo: Dar al Kutub al Mishriyah, 1384 H) Juz 1, hlm 137.
  4. Sa’id Hawwa, al Asas fi Tafsir, (Yordania: Dar as-Salam , 1405 H), Juz 1, hlm 41.
  5. Wahbah bin Musthofa az-Zuhayli,  Tafsir al-Munir, (Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1418 H), Juz 30, hlm 319
  6. Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘amma, (Mesir: Mathba’atu Mishr, 1341 H), hlm 124.

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar