Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Kiat Berbaik Sangka


Dalam agama Islam, buruk sangka merupakan akhlaq yang tercela, ia adalah prasangka yang menimbulkan kerusakan pada agama orang yang berprasangka dan objeknya. Allah ta’ala telah mengingatkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” (al Hujurat 12).

Namun demikian, sebagaimana semua akhlaq Islam, berbaik sangka dapat dilatih hingga tertanam kokoh dan menjadi karakter khas, berikut beberapa kiat menumbuhkan prasangka baik,

Pertama, Fokus pada kekurangan diri sendiri dan tidak meremehkan orang lain. Ini adalah diantara adab persaudaraan dalam Islam. Sesungguhnya diantara sebab munculnya prasangka buruk terhadap orang lain adalah karena perasaan lebih baik dan mulia dari orang lain. Demikianlah Iblis yang berprasangka buruk atas Adam as dengan perkataannya, “ana khairum minhu”. Maka terjadilah dalam realitas, buruk sangka terjadi antara  pimpinan dengan bawahannya, orang tua dengan anak, suami dengan istri, dst. Jika sudah demikian maka rusaklah hubungan cinta dan kasih sayang atas sesama manusia. Seyogyanya setiap Muslim itu melihat kekurangan pada dirinya kemudian memperbaikinya serta menghormati dan mema’afkan orang lain sebagaimana ia menginginkan orang lain mema’afkan kekurangan dirinya. 

Kedua, Menginginkan kebaikan bagi saudaranya, sebagaimana ia menginginkan pula kebaikan itu bagi dirinya.  Perhatikanlah perkataan Abu Mu’awiyyah al Aswad , “إخواني كُلُّهُم خَير منى، قيل كيف ذالك؟ قال كلهم يرى لى الفضل عليه، و من فضلنى على نفسه فهو خير منى” wahai saudaraku kalian semua lebih baik dariku, mereka bertanya kenapa demikian? Karena kalian semua memandangku memiliki kemuliaan, maka barangsiapa memuliakanku dalam jiwanya pastilah ia lebih baik dariku”

Ketiga, Memandang orang lain pada karakter baik yang dimilikinya. Dengan demikian pandangan kita akan tertutup dari keburukannya hingga akhirnya kita mencintainya karena Allah.

Keempat, Mendengarkan orang lain ketika berbicara, menghargainya dan menghendaki kebaikan datang darinya. Etika ini akan menguatkan jalinan kasih sayang serta menumbuhkan ketawadhu’an pada diri kita.

wallahu a'lam bishowwab

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar