Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Pengertian & Nama Al-Qur’ān


Sigit Suhandoyo
. Jika merujuk kepada aspek kebahasaan dan pendapat dalam berbagai ulama tafsir, maka terdapat dua pendapat terkait pengertian al-Qur’ān. Pendapat pertama mengatakan bahwa al-Qur’ān adalah sebuah nama yang dikhususkan bagi kitab suci yang Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad saw bagi ummatnya. Pendapat ini merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’i, dan dipilih oleh Jalaluddin As-Suyuthi (al-Itqan 1/181-2). 

Pendapat kedua mengatakan bahwa pengertian al-Qur’ān terbentuk dari beberapa bentukan kata kerja. Pakar susatra Arab Abū Bakr al-Anbārī (w 328 H), mengemukakan bahwa al-Qur’ān berasal dari kata “قَرَأت الشَّيْء قُرْآنًا” (al-Zāhir Fī Ma’ānī al-Kalmāti al-Nās 1/71), yang berarti menggabungkan. Al-Qur’ān menggabungkan surat-surat, ayat-ayat dan kata-kata didalamnya. Pendapat ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al-Qiyāmah ayat 17 “إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ” Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

Dikatakan juga al-Qur’ān  berasal dari kata  “قرأ” yang berarti membaca. Para pembaca al-Qur’ān menerangkan, menjelaskan dan mengeluarkan bacaan al-Qur’ān dari dalam mulutnya. Pendapat ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al-A’rāf ayat 204, “وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ” Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

Dikatakan juga al-Qur’ān berasal dari kata “القِرى” yang secara bahasa berarti jamuan. Pendapat ini diperkuat oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ūd, bahwasanya Nabi saw telah bersabda, “إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللَّهِ فَتَعَلَّمُوا مِنْ مَأْدُبَتِهِ مَا اسْتَطَعْتُمْ” (As-Sunan Ash-Shagir,1/333, no 943) Sesungguhnya al-Qur’ān adalah jamuan Allah, maka pelajarilah dari jamuan itu sekemampuan kalian.

Adapun secara terminologis, al-Qur’ān adalah kalam Allah ta’ala yang diturunkan melalui malaikat Jibril, kepada penutup para nabi dan rasul Muhammad untuk menjadi petunjuk bagi seluruh manusia.( Al-Qur’ān wa I’jāzuhu al-‘Ilm 2) Pakar ilmu  al-Qur’ān Fahd al-Rūmī mengatakan bahwa al-Qur’ān adalah,

كلام الله تعالى المنزل على محمد -صلى الله عليه وسلم- المتعبد بتلاوته 

“Firman Allah ta’ala yang diturunkan kepada Muhammad saw, dan membacanya merupakan Ibadah.” (Dirāsat Fi ‘Ulūm al-Qur’ān, 21)


Definisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, Pertama: Al-Qur’ān adalah Kalāmullah, Firman Allah ta’ala yang diturunkan kepada Muhammad saw. Hal ini menjelaskan bahwa Al-Qur’ān benar-benar mutlak dari Allah ta’ala, bukan perkataan Jibril as, bukan pula perkataan Muhammad saw. Dengan kekuasaan dan penjagaan-Nya, Al-Qur’ān itu diturunkan kepada Muhammad saw. Dalam surat al-Kahfi ayat 109, Allah memberikan perumpamaan tentang kedahsyatan kalam-Nya yang tak terjangkau oleh manusia.

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا 

“Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”

Sayyid Thantāwī penulis tafsir al-Wasīth mengemukakan, bahwa ayat ini mengemukakan gambaran yang menakjubkan tentang ilmu Allah yang sangat luas, yang tidak akan habis untuk dituliskan.( Tafsir al-Wasīth, 8/587) Demikian pula al-Qur’ān, sebagaimana dituturkan oleh Sahl, penafsir dari abad ke 3 hijriah, Seandainya seorang hamba diberikan pemahaman dari setiap huruf al-Qur’ān, niscaya ia tidak akan mampu mencapai batas dari ilmu Allah ta’ala. Al-Qur’ān menggambarkan kualitas yang tidak akan ada habisnya, tak bertepi. Al-Qur’ān difahami sebatas Allah membuka hati hamba-Nya untuk memahaminya.( Tafsir al-Tustārī, 98)

Perumpamaan serupa tertera juga dalam surat Luqman ayat 27,

وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Kedua: membaca Al-Qur’ān merupakan ibadah, hal ini dikarenakan Al-Qur’ān wajib dibaca di dalam sholat dan menjadi syarat sahnya. Pernyataan ini sebagaimana sebuah riwayat yang dikemukakan oleh ‘Ubādah bin al-Shāmit bahwasanya Nabi saw bersabda, 

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ.

“tidak sah sholat bagi siapa yang tidak membaca surat al-fatihah” (Shahīh al-Bukhārī, 1/151,no. 756.)

Balasan bagi pembaca Al-Qur’ān demikian mulia, dan tidak ada pahala membaca yang bisa melebihi membaca Al-Qur’ān. Rasulullah saw bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.

“Siapapun yang membaca satu huruf dari Al-Qur’ān maka baginya kebaikan, dan kebaikan dibalasi dengan 10 kali lipat, tidaklah alim lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (Sunan al-Tirmidzī, 5/ 175, no. 2910)

Nama-Nama Al-Qur’ān. Al-Qur’ān adalah sebuah nama yang mulia, menurut Jalāl al-dīn al-Suyuthī Al-Qur’ān memiliki 55 nama.(al-Itqan 1/178) Berikut beberapa nama Al-Qur’ān dan kamuliaannya

Al-Kalam. Nama ini tertera dalam surat al-taubah ayat 6,

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ...

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah.”

Menurut pakar tafsir dari abad ke 5 hijriah al Wāḫidī, yang dimaksud kata kalām pada ayat tersebut adalah Al-Qur’ān, karena ia adalah argumen akan keberadaan Allah dan menjelaskan aturan-aturan-Nya.( al-Wajīz Fī Tafsīr, 454) Kata al-Kalam dalam bahasa Arab yang mempunyai arti (التأثير), yaitu mempengaruhi. Al-Qur’ān adalah bacaan yang kuat mempengaruhi hati orang-orang yang mendengarkannya, senantiasa meningkatkan pemahaman bagi pembacanya, dan memberi berbagai faidah.

Dalam buku tafsirnya, Ibnu Bādīs, pembaharu dari Aljazair ini mengemukakan bahwa, Al-Qur’ān adalah perkataan Allah yang keluar dari ayat-ayatnya pokok-pokok keilmuan yang memberikan petunjuk kepada ummat manusia untuk beriman dan beramal.( Tafsir Ibnu Bādīs, 155)  

Rūḫ. Nama ini tertera dalam surat al-Syurā ayat 52,

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Rūḫ (Al Qur'an) dengan perintah Kami.”

Al-Qur’ān adalah Rūh, karena dengan membacanya hati yang mati akan hidup kembali. Dengan membaca al-Qur’ān, hati yang mati karena kekufuran akan hidup kembali dengan keimanan. Al-Qur’ān menerangi hati dari gelapnya kebodohan dengan cahaya ilmu. Malik bin Dinar berkata,

يا أصحاب القرآن ماذا زرع القرآن في قلوبكم فإنّ القرآن ربيع القلوب كما الغيث ربيع الأرض.

“wahai sahabat-sahabat al-Qur’ān, apa yang telah ditanam al-Qur’ān dalam hati-hati kalian, sesungguhnya al-Qur’ān itu menyuburkan hati sebagaimana hujan menyuburkan bumi” (al-Kasyfu wa al-Bayān, 8/326)

Gagasan yang menarik dikemukakan oleh Raghīb al-Asfihani, menurutnya Al-Qur’ān adalah Rūh dikarenakan ia menghidupkan jasad. Al-Qur’ān memberi manfaat dan pengetahuan yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang abadi dalam surga Allah subhanahu wa ta’ala.( Tafsir al-Rāghib al-Asfihānī, 1/155) Demikianlah Al-Qur’ān diberinama Rūḫ karena ia menghasilkan kehidupan yang baik, ilmu dan kekuatan.

‘Azīz. Nama ini tertera pada surat Fushilat ayat 41,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang perkasa.”

Al-Qur’ān adalah kitab perkasa, yang tiada sesuatupun yang serupa dengannya. Al-Qur’ān adalah kitab perkasa yang menghinakan para penentang yang mengingkarinya. Al-Qur’ān itu perkasa, karena tidak ada seorangpun yang akan sanggup menandinginya. Al-Qur’ān itu perkasa, karena merupakan firman Allah yang Maha Perkasa, diturunkan kepada utusan yang perkasa, melalui perantaraan malaikat yang perkasa dan ditujukan untuk membangun sebuah ummat yang perkasa.  

Demikianlah beberapa nama al-Qur’ān. Banyaknya penamaan bagi al-Qur’ān merupakan sebuah keutamaan.  Pakar susastera Arab, al-Fayrūz Ābadī mengemukakan bahwa banyaknya nama yang diperuntukkan bagi Al-Qur’ān menjadi bukti atas kemuliaan dan kesempurnaannya. (Bashāiru Dzawī al-Tamyīz,1/88) Wallahu a’lam bisshowwab

Daftar Pustaka

  • Jalāl al-din al-Suyūthī. Lihat al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qur’ān, (Mesir: Lembaga Penerbitan Umum Mesir, 1974)
  • Abū Bakr al-Anbārī, al-Zāhir Fī Ma’ānī al-Kalmāti al-Nās, (Beirut: Muassasatu al-Risālah, 1992)
  • Abū Bakr al-Bayhaqī, al-Sunan al-Shagīr, (Pakistan: Univ Islam Pakistan, 1989).
  • Muhammad Ismā’īl Ibrāhīm, Al-Qur’ān wa I’jāzuhu al-‘Ilm, (Beirut: Dār al-Fikr al-‘Arabī, tt)
  • Fahd al-Rūmī, Dirāsat Fi ‘Ulūm al-Qur’ān, (Riyadh: Hak Cetak Pribadi, 2003) Muhammad Sayyid Thantāwī,  Tafsir al-Wasīth, (Cairo: Dār al-Nahdhah, 1998) 
  • Sahl al-Tustārī, Tafsir al-Tustārī, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1423 H)
  • Muhammad bin Ismā’īl  al-Bukhārī, Shahīh al-Bukhārī, (Saudi Arabia: Dār Thuwaiq al-Najh,1422 H) 
  • Muhammad bin ‘īsa al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, (Mesir: Perpustakaan dan Perusahaan Percetakan Musthafa, 1975)
  • Abū al-Ḫasan al-Wāhidī, al-Wajīz Fī Tafsīr al-Kitāb al-‘Azīz, (Beirut: Dār al-Qalam, 1415 H)
  •  ‘Abd al-Ḫamīd ibnu Bādīs, Tafsir Ibnu Bādīs, (Beirut: Dār al-Kutub, 1995)
  • Abu Ishāq al-Tsa’labī, al-Kasyfu wa al-Bayān, (Beirut: Dār Ihya ,2002)
  • al-Rāghib al-Asfihānī, Tafsir al-Rāghib al-Asfihānī, (Mesir: Univ. Thanta, 1999)
  • al-Fayrūz Ābadī, Bashāiru Dzawī al-Tamyīz, (Cairo: Lajnah Ihyāu Turats, 1973)


Related Posts

Related Posts

Posting Komentar