Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Keutamaan Berinteraksi Dengan Al-Qur’an



Sigit Suhandoyo. Berinteraksi dengan al-Qur'an adalah kewajiban setiap Muslim. Berinteraksi dengan al-Qur'an dapat dilakukan dengan banyak cara. berikut ini merupakan cara-cara berinteraksi dengan al-Qur'an dan keutamaannya. 

Keutamaan mendengarkan bacaan al-Qur’ān.

Mendengarkan Al-Qur’ān adalah penyabab turunnya rahmat Allah ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.

Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’ān dengan baik dan memperhatikan, agar mereka dapat mengambil manfaat dari padanya, merenungi hikmah dan kebaikan yang ada di dalamnya serta dapat rahmat dari Allah.

Tidak ada manusia yang paling merugi melainkan mereka yag berpaling dari Al-Qur’ān. Mendengarkan dengan penuh perhatian akan membuat hati seorang dipenuhi kebahagiaan. Karena ia bisa menembus ke dalam hati, memberikan kesan yang membekas, memberikan ketenangan, kelapangan dan penerimaan yang baik, terlebih lagi bagi orang yang bisa memahami maknanya

Nabi saw telah memberitahukan bahwa berkumpulnya manusia untuk mendengarkan Al-Qur’ān dan mempelajarinya, mempunyai manfaat yang sangat besar dan mulia. Di antaranya akan mendapatkan rahmat dari Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَه.

“Tidaklah berkumpul suatu kaum di sebuah rumah Allah (masjid), mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, terkecuali akan turun ketentraman kepada mereka, hati-hati mereka dipenuhi rahmat, dipayungi oleh para malaikat dan Allah menyebut mereka di hadapan makhluk-Nya” (HR Muslim 4/2074 No 2699)

Keutamaan membaca al-Qur’ān. 

Allah menjelaskan bahwa membaca al-Qur’an adalah perniagaan yang menguntungkan. Sebagaimana tertera dalam surat fāthir ayat 29 & 30. 

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

Al-Qurthubī, pakar tafsir hukum dari abad ke 7 h mengemukakan bahwa, ayat ini menunjukkan tentang keutamaan para pembaca al-Qur’ān yang memahami makna dan mengamalkan isinya (al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān 14/345.) Allah menyempurnakan pahala dan karunianya kepada mereka. 

Menurut al-Māwardī, karunia yang Allah tambahkan kepada para pembaca al-Qur’ān meliputi, menolong mereka di dunia, dilapangkan kuburnya agar mereka merasa senang, melipatgandakan balasan bagi amal mereka, dan memberi ampunan atas dosa-dosa yang banyak dan memberi balasan atas amal yang sedikit (al-Nukat wa al-‘Uyūn 4/472).

Sesungguhnya membaca Al-Qurān merupakan  perniagaan yang sangat menguntungkan dan simpanannya yang tak akan hilang di sisi Allah. Bahkan Dia menambahkan untuk mereka keutamaan dan kemuliaannya, dengan tambahan itu tiada yang mengetahui kadarnya kecuali Allah Subhanahu wa Taāla, Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Keutamaan Menghafalkan al-Qur’ān. 

Para pembaca dan penghafal al-Qur’ān akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di akhirat. Rasulullah saw telah bersabda,

عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ، وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ، وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ»

“perumpamaan orang yang membaca al-Qur’ān dan dia menghafalnya (menjaganya), dia bersama para malaikat yang mulia. sementara orang yang membaca al-Qur’ān dan menjaganya sedang dia bersusah payah untuk itu, baginya dia pahala.(HR Bukhari 6/166 No 4937)”

Badru al-Dīn al-‘Ainī mengemukakan bahwa maksud dari para pembaca dan penghafal al-Qur’ān bersama para malaikat yang mulia adalah; pertama, menunjukkan kedudukan mereka yang mulia dengan mensifatinya sebagaimana kedudukan para malaikat. Kedua, bahwa para pembaca dan penghafal al-Qur’ān itu mulia karena telah beramal sebagaimana amal para malaikat dan menempuh jalan kemuliaan sebagaimana yang ditempuh oleh para malaikat (‘Umdah al-Qari 19/280)

Di dalam hadits ini terkandung satu keutamaan yang bagi pembaca dan penghafal Al-Qurān, tentu dengan hanya mengharap keridhaan Allah Ta’āla. Mereka disejajarkan dengan para malaikat yang mulia, karena Al-Qurān  adalah tasbih bagi para malaikat, di mana mereka tidak disibukkan oleh berbagai macam kelezatan lain selain al-Qurān.

Keutamaan Mengajarkan dan mempelajari al-Qur’ān. 

Sesungguhnya mempelajari dan mengajarkan Al-Qurān, serta menerangkan makna dan hukum-hukumnya kepada manusia, termasuk dalam kategori amalan yang paling baik dan mulia. Orang-orang yang mempelajari dan mengajarkan akan mendapatkan bagian kebaikan dan keutamaannya di dunia dan akhirat. Rasulullah saw bersabda:

عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qurān dan mengajarkannya.” (HR Bukhari 6/192 No 5207)

Pakar hadits Ibnu Bathāl menuturkan bahwa hadits ini menjadi argumen bahwa belajar dan mengajarkan al-Qur’ān merupakan amal yang paling utama dari seluruh amal-amal kebaikan yang Allah perintahkan. (Syarḫ Shaḫīḫ al-Bukhārī, 10/265) Hal ini dikarenakan semua kebaikan tidak akan diketahui oleh manusia tanpa mereka belajar dan mengajarkan al-Qur’ān terlebih dahulu. 

Menurut pemikir kenamaan Irak al-hāfidz Ibnu al-Jawzī, al-Qur’ān adalah dasar dari segala ilmu pengetahuan yang merupakan kalam Allah. Al-Qur’ān adalah sebaik-baik ilmu pengetahuan. (Kasyf al-Musykil min Ḫadīts al-Shahīhain 1/170) Oleh karenanya belajar dan mengajar al-Qur’an sudah pasti merupakan amal yang terbaik.

Hadits di atas merupakan persaksian yang benar dari Nabi saw terhadap Ahli Al-Qurān. Sesungguhnya mereka adalah manusia terbaik dan paling utama. Mereka bersungguh-sungguh dalam mempelajari Al-Qurān dan mensucikan jiwa mereka dengannya. Sama seperti kesungguhna mereka dalam mengajarkan Al-Qurān kepada orang lain, membimbing serta berdakwah kepada manusia. 

Keutamaan Mengamalkan al-Qur’ān. 

Sesungguhnya tujuan terbesar dari diturunkannya Al-Qurān adalah untuk diamalkan isi kandungannya, dipatuhi perintahnya dan dijauhi larangannya, dijalankan petunjuknya serta menahan diri pada batasan-batasan yang ditetapkannya. Lalu hukum-hukumnya diterapkan dalam kehidupan individu, masyarakat, maupun negara. Seorang pengemban Al-Qurān tidaklah mendapatkan balasan yang sempurna sebagaimana yang telah dijanjikan Allah, melainkan setelah dia mengamalkan ajarannya dalam kehidupan, mengikuti petunjuknya yang penuh berkah. Allah berfirman dalam surat al-baqarah 121:

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa, membaca al-Qur’ān dengan bacaan yang sebenarnya adalah bukti keimanan seseorang. Seperti apakah pengertiannya? Pakar tafsir dari kalangan tabi’in yang merupakan guru dari imam-imam qira’āt, Mujāhid bin Jabr mengemukakan bahwa makna dari membaca al-Qur’ān dengan bacaan yang sebenarnya adalah beramal dengan amal yang benar.(Tafsir Mujahid bin Jabr, 212) Pendapat semacam ini juga dikemukakan oleh Sufyān al-Tsaurī. Menurutnya maksud ayat tersebut adalah mengikuti al-Qur’ān dengan sebaik-baiknya.(Tafsir al-Tsauri 48)

Beriman terhadap al-Qur’ān, diukur berdasarkan pengamalan manusia terhadap kitab Allah, menerapkan petunjuknya dalam kehidupannya secara lahiriyah dan batiniyah. Sebagaimana teladan dari Nabi Muhammad saw yang berakhlaq al-Qur’ān..

Al-Qurān yang mulia itu tidak akan mendatangkan manfaat kecuali bagi orang yang mengamalkannya dan berusaha untuk melaksanakan petunjuknya di dalam kehidupan. Bukan untuk orang yang hanya membacanya dalam khasanah keilmuan semata, ataupun sekadar mengkaji keindahan sastranya.


Daftar Pustaka

  • Muslim bin al-Hajjaj, Shaḫīḫ Muslim, (Beirut: Dār Ihya, tth)
  • Syamsu al-Dīn al-Qurthubī, al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān, (Cairo: Dār al Kutub, 1964).
  • Abū al-Ḫasan al-Māwardī, al-Nukat wa al-‘Uyūn, (Beirut: Dār al-Kutub, tth).
  • Badru al-Dīn al-‘Ainī, ‘Umdah al-Qari, (Beirut: Dār Ihya, tth)
  • Ibnu Bathāl, Syarḫ Shaḫīḫ al-Bukhārī, (Riyadh: Maktaba al-Rusyd, 2003)
  • Ibnu al-Jawzi, Kasyf al-Musykil min Ḫadīts al-Shahīhain, (Riyadh: Dār al-Wathan,tth)
  • Mujāhid bin Jabr, Tafsīr Mujāhid, (Mesir: Dār al-Fikr, 1989) 
  • Sufyān al-Tsawrī, Tafsīr al-Tsawrī, (Beirut: Dār al-Kutub, 1983)




Related Posts

Related Posts

Posting Komentar