Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

Sholat Tarawih 20 atau 8 Raka’at


Sigit Suhandoyo, MA. Sholat tarawih merupakan ibadah sunnah tahunan yang mendapat perhatian besar kaum Muslimin, yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Masjid dan musholla dipenuhi jama’ah dari berbagai usia dari orang tua hingga anak-anak, dengan niat menghidupkan malam-malam Ramadhan karena Allah ta'ala. Namun demikian dalam prakteknya di Indonesia, kaum Muslimin berbeda pendapat, ada yang menyelenggarakan sholat tarawih 20 raka’at + 3 witir dan adapula yang 8 raka’at + 3 witir. 

Menurut sementara ulama, Rasulullah saw tidak menentukan jumlah raka’at tertentu dalam sholat tarawih. Hal ini menunjukkan keluasan bagi kaum Muslimin laki-laki, perempuan, orang tua maupun anak-anak untuk bisa memilih sesuai kesanggupannya.

Jalaluddin as-Suyuthi dari kalangan Syafi’iyyah mengemukakan bahwa Nabi saw tidak menetapkan secara khusus jumlah raka’atnya.

الَّذِي وَرَدَتْ بِهِ الْأَحَادِيثُ الصَّحِيحَةُ وَالْحِسَانُ وَالضَّعِيفَةُ الْأَمْرُ بِقِيَامِ رَمَضَانَ، وَالتَّرْغِيبُ فِيهِ مِنْ غَيْرِ تَخْصِيصٍ بِعَدَدٍ، وَلَمْ يَثْبُتْ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عِشْرِينَ رَكْعَةً

Terdapat banyak hadits shahih, hasan maupun dha’if yang memerintahkan dan menganjurkan untuk menghidupkan malam Ramadhan dengan sholat tanpa mengkhususkan jumlah. Rasulullah tidak menetapkan sholat sebanyak 20 raka’at. (al-hawi li al-Fatawi, 1/413)  

Pendapat tentang Shalat Tarawih 20 Raka’at.

Adapun pendapat tentang jumlah raka’at sholat tarawih 20 raka’at, diantaranya disandarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, berikut:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرَ

Bahwasanya Nabi saw sholat di (malam) Ramadhan sebanyak 20 raka’at dan ditambah witir.( al-Mu’jam al-Kabir, 11/393, hadits no 12102) 

Namun menurut Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami, derajat hadits ini sangat lemah. (al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra 1/194-195)  

Jumhur ulama menetapkan bahwa sholat tarawih 20 raka’at tidaklah disandarkan pada kebiasaan Nabi saw, melainkan disandarkan pada Ijma’ para Sahabat Rasulullah saw. Berdasarkan sebuah riwayat pada zaman Umar ra. Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Saib bin Yazid,

كُنَّا نَقُومُ فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرِ

Kami mengerjakan sholat tarawih pada zaman Umar bin Khattab ra. 20 raka’at dengan witir. (as-Sunan ash-Shagir 1/297 no 821.)   

Al Kasani dari kalangan Hanafiyah mengemukakan,

جَمَعَ عُمَرُ أَصْحَابَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ - رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ - فَصَلَّى بِهِمْ عِشْرِينَ رَكْعَةً، وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ أَحَدٌ فَيَكُونُ إِجْمَاعًا مِنْهُمْ عَلَى ذَلِكَ

Umar ra mengumpulkan para sahabat Rasulullah saw pada bulan Ramadhan, untuk bermakmum kepada Ubay bin Ka’ab ra maka mereka sholat 20 raka’at, dan tidak seorangpun yang mengingkarinya, sehingga menjadi ijma’ dikalangan mereka. (Bada’i ash-Shana’i 1/288) 

Al-Bahuti dari kalangan Hanabilah juga mengemukakan banyak riwayat yang menunjukkan, bahwa sholat tarawih sebanyak 20 raka’at adalah ijma’ para sahabat. (Kasyaf al- Qina’ 1/425) 

Ad-Dasuqi dari kalangan Malikiyah mengemukakan bahwa sholat tarawih sebanyak 20 raka’at dan witir 3 raka’at adalah amal para sahabat dan tabi’in (Hasiyatu ad-Dasuqi 1/315-316)  

Dari kalangan Syafi’iyah, al Imam an-Nawawi mengatakan bahwa Sholat tarawih merupakan sunnah berdasarkan Ijma’ para ulama, dan mazhab kami menetapkan sholat tarawih sebanyak 20 raka’at. (al-Majmu’ 4/31)  

Pendapat tentang Shalat Tarawih 8 Raka’at.

Al-‘Adawi dari kalangan ulama Malikiyah mengemukakan bahwa perintah awalnya adalah 11 roka’at termasuk witir, kemudian pada zaman Umar, para sahabat mengerjakannya 23 raka’at termasuk witir. (hasiyatu al-‘Adawi 1/462)  

Adapun dalil tentang shalat tarawih 8 raka’at disandarkan diantaranya kepada sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwasanya Ia bertanya kepada Aisyah ra, bagaimana sholat Rasulullah saw di bulan Ramadhan? Maka Aisyah ra berkata, 

مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا

Tidaklah Rasulullah saw menambah sholat di (malam) bulan Ramadhan maupun bulan lainnya kecuali 11 raka’at. Beliau sholat 4 raka’at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau sholat 4 raka’at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau sholat 3 raka’at. (shahih al-Bukhari 3/45 hadits no 2013) 

Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Jabir bin ‘Abdullah ra,

صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ ثَمَانِ رَكَعَاتٍ وَالْوِتْرَ

Kami sholat bersama Rasulullah saw di malam Ramadhan 8 raka’at dan ditambah witir. (Shahih Ibnu Khuzaimah 2/138 hadits no 1070) 

Sayyid Sabiq berpendapat bahwa shalat tarawih yang disunnahkan berdasarkan dalil-dalil yang menjadi pegangan syaikh-syaikh kami adalah yang delapan raka'at, sedangkan dua belas raka'at lagi merupakan anjuran.

Kamal Ibnu Himam seorang syaikh dari mazhab Hanafi mengemukakan bahwa, sholat tarawih disunnahkan 11 raka’at termasuk witir secara berjama’ah, begitulah yang dilakukan Nabi saw, kemudian beliau meninggalkannya (meninggalkan berjama’ah), karena khawatir menjadi sebuah kewajiban. Adapun 20 roka’at adalah sunnah khulafa ar-Rasyidin, dan Rasulullah saw telah bersabda, (sebagaimana hadits riwayat Abu Dawud no 4607) “عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ” tetaplah kalian atas sunnahku dan sunnah khulafa ar-Rasyidin. Dengan demikian mengerjakan sholat tarawih yang disunnahkan adalah 8 raka’at dan selebihnya adalah anjuran. (Fathul Qadir 1/467) 

Demikianlah kelapangan Islam dalam melaksanakan sholat tarawih. Dibolehkan mengerjakannya 8 raka’at, 20 raka’at, maupun lebih daripada itu sesuai kesanggupan. Karena menurut sementara ulama ada juga yang menyebutkan hingga 36 raka’at. (wallahu a’lam bishowab)

Daftar Pustaka

  • Jalaluddin as-Suyuthi, al-hawi li al-Fatawi, (Beirut: Dar al-Fikr, 2004)
  • Abul Qasim ath-Thabarani, al-Mu’jam al-Kabir, (Cairo: Maktabah Ibnu Taimiyah, tth)
  • Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra, (Cairo: al-Maktabah al-Islamiyah, tth)
  • Abu Bakar al-Baihaqi asy-Syafi’i, as-Sunan ash-Shagir, (Pakistan: Jami’ah ad-Dirasah al-Islamiyah, cet pertama, 1989) 
  • Abu Bakar al-Kasani al-Hanafi, Bada’i ash-Shanai’ fi Tartib asy-Syara’i, (Beirut: Dar a-Kutub al-‘Ilmiyah, cet kedua, 1986) 
  • Manshur bin Yunus al-Bahuti al-Hanbali, Kasyaf al-Qina, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah tth)
  • Muhammad bin Ahmad ad-Dasuqi al-Maliki, Hasiyatu ad-Dasuqi ‘Ala Syarh al-Kabir, (Beirut: Dar al-Fikr, tth) 
  • Abu Zakaria an-Nawawi asy-Syafi’i, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, (Beirut: Dar al-Fikr, tth)
  • Abul Hasan al-‘Adawi al-Maliki, Hasiyatu al-‘Adawi ‘ala Kifayati ath-Thalib ar-Rabbani, (Beirut: Dar al-FIkr, tth)
  • Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Riyadh: Dar Thuqa an-Najah, 1442 H)
  • Abu Bakar Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, (Beirut: al-Maktab al-Islami, tth)
  • Kamal Ibnu Himam, Fathul Qadir, (Beirut: Dar al-Fikr, tth)


Related Posts

Related Posts

Posting Komentar