Qk6tZv5oorYOvbzoT8fSpmGbsikUNLG55TOQFNMJ

3 Keutamaan Mengajarkan al-Qur’an Kepada Anak


Mengajarkan al-Qur’an merupakan aktifitas mulia yang memiliki banyak keutamaan. Hal ini dikarenakan al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan, dan sumber dari segala ilmu yang akan membawa kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Demikian mulianya aktifitas mengajarkan al-Qur’an, hingga kita temukan dalam al-Qur’an Allah ta’ala telah mengajarkan al-Qur’an kepada ummat manusia melalui Nabi-Nya, Muhammad saw.

الرَّحْمَنُ. عَلَّمَ الْقُرْآنَ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ. عَلَّمَهُ الْبَيَانَ.

(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur'an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara.

Berikut ini beberapa keutamaan dari mengajarkan al-Qur’an kepada anak.

Pertama, Menjadi yang terbaik. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhāri dari Utsman ra, bahwasanya Nabi saw telah bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. 

“Yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari al Qur’an dan mengajarkannya.” (hadits riwayat al-Bukhari 6/192, no. 5027)

Menurut al Qāriy, kebaikan pada diri manusia itu diawali dengan belajar dan mengajarkan al-Qur’ān. Sebab al-Qur’an meliputi berbagai ilmu. Dengan mengajarkan al-Qur’an maka akan terjadi proses penghayatan nilai-nilai al-Qur’an dalam diri. Menjadikan pribadi yang lebih baik hingga kemudian menjadikan orang lain lebih  baik pula. (Mirqat al-Mafatih, 4/1452) 

Kedua, Meraih kedudukan mulia di akhirat. Dari Abu Hurayrah ra, Nabi saw telah bersabda,

مَا مِنْ رَجُلٍ يُعَلِّمُ وَلَدَهُ الْقُرْآنَ فِي الدُّنْيَا، إِلَّا تُوِّجَ أَبُوهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِتاجٍ فِي الْجَنَّةِ، يَعْرِفَهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ بِتَعْلِيمِهِ وَلَدَهُ الْقُرْآنَ فِي الدُّنْيَا. 

“Tidaklah seseorang mengajarkan Al Qur’an kepada anaknya di dunia kecuali ayahnya pada hari kiamat dipakaikan mahkota surga. Ahli surga mengenalinya dikarenakan dia mengajari anaknya Al Qur’an di dunia.” (hadits riwayat imam Ath Thabarani 1/36)

Ketiga, Dimudahkan untuk meneladani Nabi saw. Orangtua merupakan sosok pendidik yang paling dekat dengan anak. Hal ini akan memudahkannya meneladani Nabi dalam proses mengajarkan al-Qur’an secara bertahap, serta mengevaluasi hafalan, pemahaman dan pengamalan al-Qur’an. 

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal yang meriwayatkan dari Abu Abdurrahman as Sulami tentang proses belajar para sahabat nabi sebagai berikut,

حَدَّثَنَا مَنْ كَانَ يُقْرِئُنَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُمْ كَانُوا " يَقْتَرِئُونَ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ "، فَلَا يَأْخُذُونَ فِي الْعَشْرِ الْأُخْرَى حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِي هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ، قَالُوا: فَعَلِمْنَا الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ. 

“telah menceritakan kepada kami sahabat-sahabat nabi saw, yang telah mengajarkan al-Qur’an kepada kami, bahwa mereka belajar al-Qur’an langsung dari Rasulullah saw sebanyak sepuluh ayat, kami tidak mempelajari sepuluh ayat yang lain hingga kami mengetahui apa yang kami pelajari tersebut dari aspek pemahaman dan pengamalan, dikatakan pula: kami mempelajari ilmu dan amal. ” (Hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal 38/466 no 23482) (ss)

Daftar Pustaka

  1. Muhammad bin Isma’il al Bukhari, Shahih al-Jami’, (Riyadh: Dar ath-Thuqa an-Najah, 1422 H) 
  2. al Mala ‘ali al Qari, Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih, (Beirut: Dar al-fikr, 1422 H)
  3. Abūl Qāsim ath-thaabraniy, al-Mu’jam al-Ausat, (Cairo: Dār al Haramain, tth)
  4. Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Muassasatu ar-risalah, 1421 H)


Related Posts

Related Posts

Posting Komentar